Parameter-parameter produksi terpenting akan kami bahas secara terperinci pada bagian ini.
BAHAN BAKU
Bahan baku yang harus disediakan tergantung pada teknologi yang akan di pakai untuk melakukan produksi.
Agregat Halus dan Kasar
Sebagai penentu densitas produk bata ringan (berkisar antara 500-700 kg/m3), agregat kasar maupun halus yang terbaik yang dapat digunakan adalah pasir silika (min kandungan SiO2 > 70%). Pasir silika yang digunakan harus dalam kondisi bersih bebas dari lempung (clay). Lempung sangat mempengaruhi setting dan curing time adonan. Fenomena clay sweling dapat menyebabkan bata ringan kekerasannya (Compressive dan flexural Strength) akan selalu rendah (dibawah 2Mpa). Clay sweling juga adalah salah satu faktor yang membuat bata ringan mempunyai residual stress yang menjadi faktor utama timbulnya retak rambut, sehingga bata ringan patah.
Alternatif agregat yang dapat dikombinasikan dengan pasir silika antara lain adalah tepung: Fly Ash, Kapur Tohor, Kapur Mill, Kalsit, Abu Batu, Zeolit, Batu Apung, Benotnit dan Kaolin.
Agregat halus dapat mempercepat kekerasan awal (high early strength) bila kehalusan berkisar antara 100-200 mesh. Sedangkan agregat kasar berkisar antara 40-80 mesh. Sebagai gambaran semen dipasaran umum kehalusannya berkisar 200 mesh.
Cementious Material
Material yang mempunyai sifat cementious merupakan material penentu dalam hal curing dan setting dari bata ringan. Material ini bersifat sebagai pengikat (binder) agregat baik halus maupun kasar. Material cementious hanya ada 4 macam yang dapat digunakan dalam produksi bata ringan yaitu:
1. Semen dengan berbagai spek (PPC, PCC – Komposit, OPC, High Alumina, clinker)
2. Fly Ash type C
3. Metakaolin
4. Blast furnance slag
Mengingat faktor komersial yang harus menjadi pertimbangan pokok dalam usaha bata ringan, maka semen merupakan pilihan terbaik karena murah dan mudah didapat.
Perlu diketahui bersama, semua produsen di Indonesia menambahkan fly ash dalam komposisi semennya (kandungan fly ash berkisar 20%). Dengan demikian kita tidak perlu bersusah payah untuk menambahkan fly ash lagi dalam komposisi produk bata ringan yang akan kita produksi.
Adapun jenis semen itu beragam, pilih yang termurah harganya namun tentunya harus diingat jangan membeli semen palsu yang belakangan ini sering beredar dipasaran. Kita sering terkecoh dengan warna semen. Semakin gelap warna semen, belum tentu yang terbaik. Bisa jadi semen tersebut dioplos dengan menggunakan oker (bahan pewarn) ban.
Juga belum tentu kandungan fly ash yang dicampurkan adalah fly ash tipe C (fly ash yang mempunyai sifat cementious). Fly ash di indonesia sepengetahuan kami belum distandarkan. Bila fly ash yang dicampurkan dalam komposisi semen adalah fly ash tipe F, maka sifat binder dari semen tersebut menjadi rendah dan akan mengakibatkan produksi bata ringan tidak cepat setting dan curing timenya akan semakin lama. Karena fly ash type F bersifat pozolanic seperti agregat biasa.
Cement Admixtures
Guna meningkatkan sifat alami beton pada bata ringan, biasanya dalam proses produksi ditambahkan bahan kimia campuran yang diperuntukan untuk semen. Cement Admixture yang dipakai pada produksi bata ringan yang terpenting dan terbaik secara komersial adalah:
(A) water reducer + plastisizer
Bahan ini diperuntukan untuk membantu mengurangi dan menjaga faktor Water to Cement Ratio adonan sesuai dengan yang dibutuhkan semen agar dalam curing dan setting timenya tepat. Dengan menggunakan water reducer, kelebihan penggunaan air akan dibuang dari adonan. Sedangkan plastisizer digunakan untuk menjaga adonan dengan air yang seminimum mungkin masih dapat mengalir. Hal ini diperlukan ketika adonan dituang kecetakan, tidak menyebabkan adanya air-trap (udara terjebak) sehingga ketika bata ringan akan mudah retak dan patah. Bahan admixtures yang mempunyai dua sifat tadi sekarang dapat diperoleh dengan sangat mudah dan murah. Bahan admixtures yang ekonomis biasanya mengandung lignin (ligno sulfonat adimixtutes), waterglass + sintetik polimer jenis water base. Juga bahan yang berbasis polycarboxylic polymer dapat digunakan namun harganya relatif lebih tinggi dibandingkan lignon.
(B) Accelerator
Accelerator admixtures digunakan untuk mempercepat setting time dalam adonan bata ringan. Dengan adanya accelerator maka kekerasan bata ringan dapat dicapai dalam waktu singkat (1-2 hari). Accelerator yang biasa digunakan dalam produksi bata ringan adalah : CaCl2 Sodium biCarbonat, Sodium Nitrat, Sodium Silikat, dsb.
(C) Mold Release Agent
Mold Release Agent digunakan untuk mencegah adonan yang telah setting tidak menempel dicetakan ketika dilepas. Admixtures ini berperan dalam hal ketelitian produk. Bata ringan yang dihasilkan tidak bopeng permukaanya dan akan presisi. Bahan ini tetap dibutuhkan walaupun proses produksi bata ringan mengunakan mesin potong.
Untuk pembahasan mengenai peralatan yang digunakan dalam produksi dapat dibaca pada bagian Mesin Bata Ringan